Rabu, 19 Maret 2014

Premium atau Pertamax?

Tumben jam segini aku belum bisa tidur. Biasanya sih jam 9 juga mata sudah berat. Sambil goler-goler di tempat tidur, tetiba teringat obrolan tadi siang dengan orang di ruangan.

Cerita awalnya tadi aku nanya tentang service motor. Patokan service motor itu jangka waktu tertentu atau kilometer yang sudah ditempuh. Yah, harap maklum,namanya juga perempuan yang baru pertama punya motor dan hidup jauh dari sanak keluarga. Hehehe.

Sebenarnya beli motornya sudah lama sih, sekitar 2 tahun yang lalu. Tapi jaman masih di Bekasi kan ada si kakak yang memantau keadaan motor. Kalau dikasih tau untuk service, ya motor bawa ke bengkel. Berhubung sekarang jauh dari kakak, ya aku sendirilah yang harus memantau kelayakan motorku.

Ok, ternyata jawabannya patokan service motor itu berdasarkan kilometer yang sudah ditempuh, Sodara Sodari. *Harap dicatat.

Lalu si temen ruanganku nanya,"mbak nia, motornya pake premium atau pertamax?"

Jawabanku, tergantung kapan dan siapa yang ngisi. Yah, kalau temen kosan mah kemungkinan premium. Nah kalau aku yang ngisi, tergantung dana. Ahahaha. Kalau di dompet dana mencukupi, diisi pertamax dong. Tapi kalau sudah tanggal dua, dompet tipis ya dicampur, pertamax dan premium. Hehe. Yah, setidaknya kan nilai oktannya naik. *ngaco

Tapi sekarang nyampur premium dan pertamax agak susah. Karena pom bensin di sekitar wilayah kosan dan kantor itu counternya jarang yang pompa premium sebelahan dengan pertamax. Jadinya pompa pertamax itu di sebelah pertamax plus yang lebih mahaal. Premium di counter sendiri, yang antriannya pasti membludak. *Yaiyalahya, harga premium hampir setengahnya harga pertamax. Nah, kalaupun ada yang premium dan pertamax satu counter, pompa pertamaxnya kosong. Kalau dompet tipis aku sekarang ikutan ngantri deh di counter premium. Hihihi

Nah, kalau teman ruanganku ini lebih ok. Dia selalu pake pertamax. Alasannya karena malas ngantri kalau beli premium, apalagi saat buru-buru. Ehehehe.

Mungkin ini sepertinya terlampau sok idealis. Tapi yuk mulai dari sekarang yang punya motor dan/ atau mobil pribadi, kita kurangi pemakaian premium. Kalau memang bisa ya, gak usah lagi deh pakai premium. Biarkanlah subsidi pemerintah itu tepat sasaran. Kalau merasa kurang mampu, kok ya bisa beli motor bahkan mobil sih? *eh

Ps:
1. Asli ini bukan iklan titipan salah satu BUMN
2. Aku sedang mempertimbangkan untuk membeli BBM di pompa milik asing. Harganya lebih murah beberapa ratus perak sih kemarin dibanding premium *prinsipekonomis
3. Aku nggak suka beli bahan bakar eceran di warung2. Khawatir oplosan, sudah dicampur. Selain itu jatuhnya lebih mahal.*tetepprinsipekonomis :D
posted from Bloggeroid

Minggu, 09 Maret 2014

Berkunjung ke Islamic Book Fair 2014



Happy Sunday morning everybody! :D
Di pagi menjelang siang di hari Minggu ini, aku akan mengoceh tentang kunjunganku ke Islamic Book Fair 2014 kemarin. Acara ini sebenarnya sudah dimulai sejak akhir bulan lalu, tanggal 28 Februari 2014.

Minggu, 02 Maret 2014

Di P 9A

Sekarang aku ada di atas P 9A. Dulu hampir setiap pagi aku naik bus jurusan Senen Bekasi Timur ini. Dulu di tahun 2012, untuk pergi ke kantor lama, bus ini adalah salah satu moda transportasi alternatif. Kalau naik P 9A, dari pintu masuk tol Bekasi Timur, bisa langsung turun di depan gedung kantor lama di kawasan Lapangan Banteng.

Tahun lalu, meskipun pindah kantor, aku juga masih sering naik bus ini. Di awal tahun, saat belum naik jemput aku masih mengandalkan bus ini. Saat sudah naik bus jemputan, kalau ketinggalan, P 9A tetap jadi pilihan. Naiknya tetap dari pintu masuk tol Bekasi Timur, tapi turunnya di Pedati Prumpung. Lalu lanjut ke arah Rawamangun dengan busway atau naik 43 (Cililitan-Tanjung Priok).

Jangan dibayangkan P 9A senyaman AC 05, bus jurusan Bekasi Timur Blok M itu. P 9A ini tidak ber-AC, sering bau rokok dan selalu penuh penumpang. Padahal jarak antara busnya hanya 5-10 menit. Kalau naik dari pintu masuk tol Bekasi Timur, kemungkinan besar pasti berdiri. Kalau pun bisa duduk, ya duduknya yang di dashboard depan pintu masuk depan *kalau diijinkan sopirnya. Yah, memang bus ini rutenya melewati daerah-daerah strategis. Dari terminal Bekasi, Bulak Kapal, lalu masuk tol Cikampek Jakarta melalui pintu masuk tol Bekasi Timur. Selanjutnya mampir ke terminal bayangan Jati Bening, lalu masuk ke tol Wiyoto Wiyono melalui pintu tol Halim. Keluar dari tol melalui pintu keluar Pedati Prumpung, lanjut ke Stasiun Jatinegara, RS Hermina Jatinegara, Matraman, Salemba, Kramat, Atrium, Lapangan Banteng, akhirnya sampai di terminal Pasar Senen. Kalau ke arah Bekasi, rutenya hampir samalah.

Karena non-AC, tarifnya pun terjangkau. Dulu di tahun 2012, sekali perjalanan hanya Rp3.000, lalu karena kenaikan harga BBM jadi Rp4.500. Kalau sekarang satu kali perjalanan tarifnya Rp6.000.

Ok, sekarang sudah sampai Bekasi Timur. Sampai jumpa di ocehan selanjutnya. :)
posted from Bloggeroid