Selasa, 31 Januari 2017

Jalan-Jalan Singkat ke Bali

Dalam rangka mengisi liburan semester 3, aku dan teman-temanku di geng belajar foto mengunjungi Bali. Sebenarnya kami berniat liburan di Bali saat liburan semester 2 kemarin. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Salah satu temanku mengalami kecelakaan motor dan kondisinya cukup parah, tangan kirinya patah. Rencana liburan ke Bali pun diubah ke liburan semester 3. Selain itu, ternyata teman kami yang di Bali mengadakan acara mepandes (kikir gigi) pada tanggal 20 Januari.

Liburan ke Bali diawali dengan menyusun rencana yang ribet dan penuh drama. Dari awal Januari aku sudah menanyakan mau berangkat kapan. Ini dalam rangka meminta ijin ke Ibuk dan Bapak. Kalau mau minta ijin harus jelas kapan berangkatnya dan pulangnya. Tapiii, teman-temanku yang cowok semua ini (iya, aku cewek sendiri di grup) malas untuk menyusun rencana. Dooh! Long story short, diputuskan bahwa mereka berangkat Rabu, 18 Januari, bawa mobil. Aku akan menyusul mereka Sabtu, 21 Januari, karena Jumatnya aku akan menghadiri akad nikah sahabatku.

Rabu siang aku menghubungi bocah-bocah yang akan berangkat by Whatsapp call. Di sini drama dimulai. Ternyata dari diskusi yang telah mereka lakukan disepakati bahwa sore itu jam 18.30 mereka naik bis ke Jember. Dari Jember mereka akan naik mobil ke Bali. Rencananya mereka akan pulang hari Minggu. Lhah? Kalau aku menyusul mereka hari Sabtu, aku hanya sehari dong di Bali. Mahal di tiket dong. No way!

Akhirnya, aku mengubah rencana. Siang itu juga aku berangkat ke Solo, agar bisa berangkat bersama mereka. Selanjutnya, aku akan pulang duluan hari Sabtu. Aku tidak jadi hadir di acara akad sahabatku, tapi hadir di acara resepsinya saja di hari Minggu, 22 Januari.

Untungnya Bapak dan Ibuk memberi ijin. Masalahnya adalah saat itu sudah jam 12.40an. Perjalanan dari Pati ke Solo paling cepat itu sekitar 4 s.d. 5 jam, via Purwodadi. Kalau via Semarang, perjalanan bisa lebih lama lagi, sekitar 6 jam. Aku pun segera packing. Pakaian, alat mandi, tempat minum, dompet, HP, dan kamera langsung saja aku masukkan ke dalam tas. Sesegera mungkin aku berangkat dengan diantar Masku ke Terminal Pati.

Alhamdulillah, aku bisa sampai Solo sesaat sebelum Magrib. Dari terminal Pati, aku naik bis jurusan Purwodadi. Dari Purwodadi aku melanjutkan perjalanan dengan naik bis jurusan Solo. Sesampainya di Solo, aku lalu menuju agen bis Rosalia Indah untuk membeli tiket jurusan Jember. Tiket Solo-Jember harganya Rp150.000,00 (ini include makan malam dan air mineral 600 ml). Teman-temanku baru datang sekitar jam 18.30.

Kami sampai di Jember keesokan harinya. Setibanya di Jember, kami menuju rumah teman untuk mandi dan menunggu mobil sewaan diantar. Iyap, kami menyewa mobil dari Jember karena memang lebih murah jika dibandingkan menyewa di Bali. Kemarin kami menyewa Avanza dengan harga Rp275.000 per hari.

Yuhuiii.. perjalanan ke Bali pun dimulai. Dari Jember kami menuju pelabuhan Ketapang di Banyuwangi. Kami berangkat dari Jember sekitar jam 10.00, sampai di pelabuhan jam 13.30. Dengan menggunakan kapal fery, kami pun menyebrangi Selat Bali. Ongkos menyebrang untuk mobil adalah Rp138.000. Di gerbang masuk, ada petugas yang akan menanyakan identitas penumpang kendaraan. Penyeberangan ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam (termasuk waktu labuh dan sandar kapal).



Karena sudah lapar setibanya di Bali, kami langsung makan siang. Menu pilihan kami adalah ayam betutu Meh Tempeh. Lokasi rumah makannya tidak jauh dari Pelabuhan Gilimanuk (silakan dicari via Google Maps). Awalnya kami berlima sok-sokan hanya pesan ½ ekor saja. Tapi setelah makan, ternyata ayamnya enaaak… pedesnya kecee… Nambah ½ ekor lagi deh akhirnya. Ahaha. *Saking lahapnya makan kami sampai lupa ambil gambar penampakan ayam betutunya.

Selesai makan siang, kami melanjutkan perjalanan menuju Denpasar. Sesampainya di Denpasar kami langsung sholat, dilanjutkan makan malam, dan langsung menuju ke penginapan. Kami tidak melanjutkan jalan-jalan karena sudah lelah. Selama perjalanan tadi kami tidak ada yang tidur sama sekali.

Keesokan harinya, acara jalan-jalan dimulai. Awalnya kami berencana untuk mencari sunrise di Sanur. Tapi pagi itu hujan turun. Bocah-bocah pun jadi malas-malasan untuk bangun pagi. Setelah sholat subuh, mereka tidur lagi. Kami baru berangkat  dari penginapan sekitar jam 8 pagi.

Setelah sarapan, kami menuju ke Pantai Padang-Padang. Di loket masuk tertulis harga tiket adalah Rp10.000 per orang. Ternyata itu untuk wisatawan asing, sementara untuk wisatawan lokal kami hanya dikenai biaya Rp5.000 orang. Lokasi pantai ada di bawah, untuk menuju ke sana ada beberapa anak tangga yang harus dilewati. Saat masuk sih enak saja karena arahnya menurun. Tapi, saat keluar, deuuh.. penuh perjuangan. Sudah lama aku tidak berolahraga. Sesampainya di mobil kakiku rasanya goyang. Wkwkwk.


 Saat lagi mendung syahdu, jadi kelihatan redup mendayu. :|

Kami tidak lama di Pantai Padang-Padang karena hujan kembali turun. Selanjutnya kami menuju ke Pantai Dream Land. Lokasinya ada di dalam kawasan perumahan. Kata temanku, untuk menuju ke pantai ini kita harus naik bis khusus yang disediakan. Tapi, saat kami sampai di sana, tidak ada bisnya. Mungkin karena saat itu hujan. Karena saat itu hari Jumat dan sudah siang, bocah-bocah harus sholat Jumat, kami pun menuju ke masjid. Selama bocah-bocah sholat, aku nongkrong di mobil aja, baca novel.

Perjalanan dilanjutkan ke Ulun Danu, Batur. Lokasinya berada di pegunungan dan lumayan jauh dari Denpasar. Perjalanan sekitar 1 s.d. 2 jam. Sebenarnya saat kami sampai di lokasi agak-agak gerimis gitu. Tapi kami tetap masuk, kan sudah jauh-jauh sampai sana. Di loket masuk tertulis tiket masuknya Rp25.000 per orang. Tapi saat aku membayar Rp100.000, petugasnya memberi kembalian Rp20.000. Alhamdulillah rejeki anak solehah. :D

Oiya, untuk yang penasaran di Ulun Danu ada apa sampai kami bela-belain jauh-jauh ke sana, coba ambil uang Rp50.000, lalu liat bagian belakangnya. Nah, di Ulun Danu itulah lokasi pura yang ada di bagian belakang uang itu. Ini lho gambarnya.




 Alhamdulillah, setelah masuk gerimisnya berhenti. Jadi bisa foto-foto deh. :D

Hari sudah sore, kami melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Gitgit. Bocah-bocah itu mau mandi sore. Lagi-lagi lokasi air terjun ini ada di bawah. Ucapkan halo lagi pada tangga. Deuh! Tiket masuknya Rp10.000 per orang. Oiya, aku nggak ikut mandi-mandi, males ribet ganti baju. Wkwkwk.

Setelah itu, kami langsung balik ke penginapan? O, tidak dong. Kami melanjutkan perjalanan ke rumah teman kami. Si teman ini mengadakan acara mapandes (kikir gigi). Upacara ini dilaksanakan sebagai pertanda bahwa seseorang telah beranjak dewasa. Sayangnya kami tidak bisa menyaksikan upacara tersebut, karena kami sampai sana terlalu malam. Ehehehe. Kami hanya mengobrol dengan si tuan rumah dan numpang makan malam. Ahahaha. Sekitar jam 10 malam, kami kembali ke penginapan.

Keesokan harinya, hari Sabtu, sekali lagi kami berencana untuk mencari sunset. Tapi lagi-lagi hanya wacana karena bocah-bocah malas bangun pagi. Alasan klasik. Beuuh! Hari itu aku hanya ikut jalan-jalan setengah hari saja. Aku akan pulang dengan pesawat pukul 3 sore.

Setelah keluar dari penginapan, kami menuju ke rumah teman kami karena dia akan ikut kami jalan-jalan. Rencananya setelah menjemput si teman, kami mau makan ikan bakar. Tapi ternyata kami “dipaksa” sarapan di rumah si teman ini. Kan nggak enak ya kami menolak rejeki. Wkwkwk. Setelah sarapan kami menuju ke pasar Kumbasari. Ibuk nitip dibeliin seprei Bali .*Beliau jatuh hati dengan seprei Bali yang bahannya adem, nyaman untuk tidur :D.

Selesai aku berbelanja (iya, yang belanja aku saja, 5 bocah yang lain keliling-keliling sendiri tapi ujung-ujungnya nggak belanja), kami makan siang. Kami makan di Denpasar biar nanti nggak perlu buru-buru sewaktu mengantar aku ke bandara. Kondisi jalan di sekitar bandara sering macet apalagi saat itu weekend. Daaan… aku lupa nama tempat makannya apa. Ahaha. Tapi porsinya gedhe gilaaak. Makananku habis dengan bantuan dari bocah-bocah.. Ahahaha. Setelah itu, kami cus ke bandara lewat tol Bali Mandara. Fyi, pemandangannya kece lho sepanjang jalan tol ini.

Nah, itulah laporan jalan-jalanku ke Bali. Meskipun hanya sebentar, tapi seneng juga rasanya. Kalau banyak rencana yang tidak terlaksana, aku sudah maklum karena memang kebiasaan kalu jalan dengan bocah-bocah itu akan terjadi perubahan rencana. Yang penting dinikmati saja jalan-jalan bareng mereka. Ahahaha... 


PS:

Bagi umat muslim, di depan Ulun Danu, ada masjid yang lumayan besar. Dari pelataran masjid, kita bisa melihat pemandangan Danau Batur dari atas. Karena lokasi masjid berada di atas, lagi-lagi ada tangganya. :D

Minggu, 29 Januari 2017

Update: Semester 3

Hai…
Sudah berapa lama sejak aku terakhir kali mengoceh di sini? Yah, sekitar 7 bulan yang lalu, saat aku liburan semester 2. Fyi, sekarang aku sedang liburan semester 3. Lagi-lagi aku tidak menepati janji untuk membuat ocehan di blog ini selama semester 3 kemarin.

Meskipun jumlah sks di semester 2 paling banyak, tetapi kuliahnya lebih menyenangkan. Masih bisalah sepulang kuliah main-main ke mana.  Sementara semester 3 dengan  jumlah sks hanya 23 sks, tapi kuliahnya terasa lebih berat. Perkiraanku di awal semester 3 bahwa aku akan lebih santai selama semester itu ternyata salah besar. Yang ada aku menjadi lebih sibuk. It’s like in the hell. I swear!

Yah, semua itu karena kebetulan aku mendapatkan paket combo 2 dosen dengan banyak tugas. Satu dosen selalu menugaskan untuk membuat bookchapter  di setiap pertemuan (per minggu). Awalnya setiap orang diwajibkan membuat 20 halaman. Dibentuk juga beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil bookchapter di setiap pertemuan.

Sounds easy, huh? Just in your dream! Karena dalam bookchapter itu kami diharuskan untuk mengutip minimal 5 jurnal internasional. Selain itu, bookchapter kami harus discan dengan aplikasi anti plagiarisme. Bapak dosen yang terhormat minta batas maksimalnya adalah 20%. Artinya maksimal 20% tulisan kami diberi toleransi memiliki kesamaan dengan sumber-sumber di internet, sisanya harus original buatan kami sendiri.

Pertemuan pertama pengumpulan tugas, kami sekelas bermata merah. Yah, selazimnya mahasiswa, kebanyakan dari kami mengerjakan tugas mepet dengan deadline. Ohiya, tugas kami harus dikirim ke Bapak dosen maksimal 3 jam sebelum jam pertemuan. Duh!

Untungnya di pertemuan selanjutnya, bookchapter dibuat per kelompok. Setiap kelompok yang beranggotakan 7 s.d 6 orang harus menyusun minimal 50 halaman. Setiap orang harus mengutip 3 jurnal internasional. Batas plagiarisme tetap 20% dan diemail 3 jam sebelum pertemuan kuliah. Tapiii, tugasnya si Bapak Dosen Terhormat tidak hanya itu saja. Masih ada tugas untuk jurnal in English, poster rancangan skripsi, dan visibility study. Allohu Akbar!

Sementara itu, Bapak Dosenku yang lain selalu memberikan pretest  di awal pertemuan. Materinya in English dong karena beliau menggunakan referensi berbahasa Inggris. Masalahnya adalah si Bapak ini sering mengubah jadwal pertemuan. Beliau memang sibuk karena mengampu di 2 negara yang berbeda (di Indonesia dan Malaysia). Belum lagi kegiatan penulisan ilmiah beliau yang jumlahnya cukup banyak. Seringkali beliau membatalkan kuliah H-beberapa puluh menit sebelum pertemuan. Lhah kita kan sudah terlanjur belajar. Huhuhu..

Sementara untuk tugas akhir, Bapak Dosen meminta agar kami per kelompok (beranggotakan 3 s.d. 4 orang) untuk membuat paper ilmiah. Jangan lupa juga untuk mengeceknya dengan aplikasi anti plagiarisme. Lebih dari batas yang ditentukan beliau, maka paper akan ditolak. Ohiya, paper ini diuji secara lisan oleh Bapak Dosen. Kami menggunakan aplikasi Skype, karena Bapak Dosen tidak bisa hadir di kelas. Sounds cool? Ohyeah, but it’s soo horrible! Kami harus mempertahankan argumen yang kami paparkan di paper sementara Bapak Dosen dengan teliti melemparkan berbagai macam pertanyaan dan komentar.

Untuk dosen-dosen mata kuliah yang lain, lumayan OK sebenarnya. Paling hanya tugas presentasi per kelompok setiap pertemuan. Tapiii, di akhir semester, tugas dan take home quiz merajalela. Hampir selama satu minggu di minggu terakhir semester 3, kami semua harus begadang. Keesokan harinya kami ke kampus hanya untuk menyerahkan tugas saja. Yah, sebenarnya ini juga karena kami sebagian besar adalah deadliner sih. Wkwk. But, hey, we always get the idea at the critical moment right? Many ideas is coming when we are under pressure.

Study hard, playing hard, right? Di akhir minggu aku sering sekali bermain dan pergi ke mana untuk menghilangkan stres. Yah, terkadang aku hanya makan di tempat yang jauh dari areal kampus sih. Tapi, beberapa kali aku dan beberapa teman sempat pergi ke luar Solo.

Semester depan, semester terakhir, aku dan teman-teman harus menyusun skripsi. Seharusnya di liburan ini, kami sudah memiliki gambaran tentang apa yang akan kami tulis. Tapi, aku masih belum mendapatkan ide yang pas untuk skripsi. Lebih tepatnya aku masih malas untuk mencari ide, karena masih ingin rehat dari kekejaman di semester 3. Huhuuhu..

Yah, itulah sekilas tentang semester 3-ku. Insya Alloh, di ocehan selanjutnya aku akan menceritakan tentang liburanku ke Bali. Hohohoho. Sampai jumpa