Selasa, 13 November 2012

Sebuah Review: Bidadari-Bidadari Surga (Re-post)

Alohaaa.. Ini sudah seminggu dari postingan terakhir ya? Dari kemarin sebenarnya ada beberapa topik yang mau aku ocehkan. Tapi lagi-lagi mandeg di tengah, hanya berakhir di draft saja, belum laik untuk dipublikasikan. Wkwk. Tapi (lagi) kan kasihan kalau blog ini dicuekin. Yaudahlah aku re-post aja tulisan lamaku yang sebelumnya aku post di Notes Facebook.

Tulisan ini merupakan sebuah resensi atau review (*boleh nggak sih disebut begitu) dari novel Bidadari Bidadari Surga karya Tere Liye. Yang sudah baca, silakan dibaca lagi untuk refresh ingatan kalian. Yang belum baca, silakan dibaca biar tahu jalan ceritanya. Mengapa? Karena sebentar lagi film dengan judul yang sana dengan novelnya, Bidadari Bidadari Surga. So, enjoy it, guys! :)

Tere Liye. Seorang penulis yang namanya tidak asing lagi di telinga pecinta novel. Beberapa buah novel best seller telah berhasil dihasilkannya, Moga Bunda Disayang Alloh, Hafalan Sholat Delisa (novel yg mebuat aku jatuh cinta dgn tulisan Tere Liye..^^), Sang Penandai (yg sudah dicetak ulang), Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (masuk novel favorit sepanjang masa-ku..^_^), Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah (terbit awal tahun kemarin dan aku punya), Negeri Para Bedebah (lumayan masih baru terbit, aku belum punya "'-_-) dan beberapa judul lainnya.

Ok, mari membahas Bidadari Bidadari Surga.

"Dan sungguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (Al Waqiah: 22).
 Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi cantik jelita. (Ar Rahman: 70).
Suara Mamak berkata lembut saat kisah itu diceritakan pertama kali terngiang di langit-langit ruangan: bidadari-bidadari surga, seolah-olah adalah telur yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49)...."

Sepenggal dongeng yang selalu dikisahkan oleh Mamak Lainuri kepada anak-anaknya. Mamak Lainuri seorang ibu yang harus berjuang sendiri untuk merawat dan menghidupi anak-anaknya,Laisa, Dalimunte, Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta. Bukan merupakan tugas yang mudah tentunya. Beruntung Mamak mempunyai Laisa, anak sulung dalam keluarga, yang rela berkorban dan berjuang demi keluarga.



Laisa, tokoh utama dalam novel ini,diceritakan sebagai seorang yang ulet dan sayang keluarga. Ia rela mengorbankan dirinya, berhenti sekolah, agar adik-adiknya bisa bersekolah. Setiap hari selalu bangun pagi, membantu Mamak mengolah gula aren, membantu mengerjakan ladang, mencari damar dan rotan di hutan, dan menganyam rotan. Laisa selalu memberikan contoh yang baik dan keras dalam mendidik keempat adik. Dia tidak pernah terlambat untuk melindungi adik-adiknya.Menghadapi 3 harimau hutan yg akan menyerang Ikanuri dan Wibisana, mendaki bukit di tengah malam kala hujan badai untuk memanggil dokter saat Yashinta sakit, dan meyakinkan penduduk kampung untuk menerima konsep kincir air Dalimunte.

"Kerja keras..kerja keras..kerja keras,"itu yg selalu Laisa teriakkan kepada adik-adiknya sambil memegang rotan/lidi jika mereka nakal. Dan didikan Laisa ini tidaklah sia-sia,keempat adiknya menjadi orang yg berhasil. Dalimunte, yg memang terkenal pinter sejak kecil,menjadi profesor Fisika yg tersohor di negeri ini. Wibisana dan Ikanuri mempunyai pabrik sparepart mobil yg berani bersaing dengan pabrik serupa dari Cina. Sementara, si bungsu Yasinta berhasil menjadi peneliti kehidupan satwa endemik, sesuai dengan kecintaannya pada alam. Laisa pun berhasil menjadi petani strawberi yg sukses dan dapat memperbaiki kehidupan di kampungnya.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Laisa yang mempunyai hati emas, taat beribadah, dan berhasil membuat perubahan di sekelilingnya, ternyata mempunyai kekurangan fisik. Dia mempunyai ukuran tubuhnya yang tidak normal, lebih pendek gempal, gendut, berkulit hitam, dan wajah yang tidak proporsional. Hal ini dikarenakan kejadian tragis yang menimpanya saat berusia 9 bulan. Inilah yang mengakibatkan sampai akhir hayatnya, Laisa belum memiliki pendamping hidup. Namun, Laisa tidak terlalu memikirkan hal itu. Dia lebih memfokuskan dirinya untuk mewujudkan sebuah impian sederhanya.

"...Bagaimana mungkin Kakak akan kesepian dengan kehidupan seindah ini.... Kau benar, aku juga sering memikirkan umur. Sekarang usiaku tiga puluh empat tahun. Tapi apa yang Kakak harus lakukan? Itu semua ada di tangan Allah. Yang lebih penting aku pikirkan, dengan sisa waktu yang mungkin tidak sedikit lagi, apakah masih berkesempatan melakukan banyak hal di lembah ini, berkesempatan melihat kalianmelakukan hal-hal hebat di luar sana. Berkesempatan membuat Mamak dengan keseharian di perkebunan...,"

Melalui novel ini, Tere Liye mampu menyuguhkan hidangan yang sangat memuaskan bagi para pecinta novel (contohnya aku..hehe). Alur cerita yang sangat unik, mengisahkan hari-hari terakhir kehidupan Laisa yang dibumbui dengan cerita-cerita masa lalu yang membuat kita semakin sulit melepaskan novel ini. Penggambaran latar, terutama Lembah Lahambay yang merupakan latar utama, dengan baik, tanpa membuat kita bosan. Permainan kata-kata yang begitu jelas mengilustrasikan berbagai perasaan yang ada, mampu membuat kita ikut merasakan suasana yang sedang tercipta (bahkan saking terharunya, aku sempet nangis waktu baca lhooo...) Tetapi yang paling utama adalah pesan yang tekandung dalam novel ini. Dengan membacanya, kita dapat membuka mata akan sebuah keteladanan yang sangat patut kita contoh. Seorang Laisa dengan keterbatasan fisiknya mampu memberikan begitu banyak perbaikan dan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. Sesosok Bidadari Surga dengan kecantikan hatinya.. :)

PS:
- Film Bidadari Bidadari Surga direncanakan akan tayang perdana tanggal 6 Desember 2012. Untuk tahu lebih banyak tentang film ini silakan dibuka  fan page Bang Tere di Facebook. Bang Tere banyak update berita tentang film Bidadari Bidadari Surga di page tersebut.

- Detail buku-buku Bang Tere bisa dilihat di sini. Kalau yang berminta membeli, aku sarankan untuk membeli via toko buku online Delisha karena dikelola sendiri oleh istri Bang Tere dan tentunya ada diskon yang menggiurkan. :D

Tidak ada komentar: