Haihai, para pembaca!
Sepertinya sudah lama sekali, aku nggak mengoceh di sini. Nah, mumpung aku lagi bahan yang bisa dibagi, aku akan mengoceh kembali. Hahaha.
Kali ini aku akan mengoceh tentang perjalananku untuk kuliah lagi. Ocehanku akan aku bagi menjadi beberapa bagian. Kalu dijadiin satu, akan jadi sangat panjang sekali. Biar aku nggak lelah mengetik dan kalian nggak bosan bacanya, aku pecah saja ya ocehanku. *Biar kalian juga sering-sering berkunjung juga sih di sini. Ehehe
Alasan utama aku lanjut kuliah tuh karena sudah kangen dengan situasi saat belajar di kampus. Kalu diingat, masa kuliah S1 di Solo tuh sangat menyenangkan dan berkesan. Pingin bangetlah mengulang masa itu. Selain itu, banyak drama yang terjadi di kantor selama tahun 2019 dan 2020 yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Aku rasa aku butuh rehat dari hiruk pikuk suasana kantor. Jadi, aku putuskan kalau aku harus segera lanjut kuliah.
Sejak diterima di D3 STAN, aku punya tekad untuk berusaha melanjutkan sekolah secara gratis atau dengan mencari beasiswa. Alasan utama tentunya biaya. Dengan beasiswa, nggak perlu repot-repotlah mikir biaya kuliah. Apalagi saat aku dapat beasiswa STAR untuk S1, ada tambahan fasilitas biaya hidup dan biaya buku. Alasan lainnya adalah aku ingin fokus. Untuk PNS, jika belajar dengan beasiswa ybs akan berstatus tugas belajar dan tidak aktif di kantor. Berbeda kalu kuliah dengan biaya sendiri (istilahnya izin belajar) yang harus tetap bekerja selama kita kuliah. Aku nggak yakin kalu aku mengambil izin belajar nantinya akan bisa mengatur waktu dengan baik dan bisa fokus belajar saat kuliah karena waktu kuliah biasanya setelah jam kerja.
Berbeda dengan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di jenjang S1/DIV yang sangat terbatas, pilihan beasiswa untuk S2 tuh lebih banyak dengan berbagai macam lembaga donor atau pemberi beasiswa. Ada negara sebagai donor misalnya pemerintah Australia untuk beasiswa AAS, pemerintah Inggris untuk beasiswa Chevening, pemerintah Ameriksa Serikat untuk beasiswa Fullbright dan masih banyak lagi. Selain itu juga ada beasiswa dari kementerian atau lembaga misalnya dari BAPPENAS, Kominfo, LPDP dll. Dari sekian banyak beasiswa, aku mengincar beasiswa FETA yang khusus diberikan oleh Kementerian Keuangan bagi para pegawainya.
Ada beberapa alasan aku tertarik dengan beasiswa FETA. Yang pertama, berbeda dengan basiswa lain yang di tahapan awal meminta syarat sertifikat kemampuan bahasa Inggris (TOEFL atau IELTS), FETA menawarkan opsi seleksi tertulis. Kedua, FETA memiliki program persiapan keberangkatan yang memfasilitasi para penerima beasiswa untuk belajar bahasa Inggris secara intensif. Selama program ini, para penerima beasiswa akan diasramakan dan bebas dari tugas kantor (yeay!). Ketiga, FETA memungkinkan para penerima beasiswa untuk memilih kampus di negara mana pun sesuai keinginan masing-masing asalkan masuk ke dalam daftar 100 universitas terbaik dunia. Jelas-jelas menggiurkan kan itu semua?
Karena aku lulus kuliah S1 bulan September 2017, aku baru bisa mendaftar beasiswa S2 setelah bulan September 2019. Jadi, di internal Kementerian Keuangan ada aturan bagi para pegawai yang telah menyelesaikan tugas belajar, ybs baru bisa daftar beasiswa untuk jenjang pendidikan di atasnya 2 tahun sejak tanggal lulus (info lebih lengkap bisa dicek di PMK tugas belajar). Sebenarnya di bulan September 2019 ada pembukaan pendaftaran beasiswa LPDP yang berdasarkan pengamatanku peluangnya cukup bagus karena jumlah awardee yang cukup banyak di setiap batch. Tapi saat itu aku belum memiliki sertifikat kemampuan Bahasa Inggris. Aku juga barusan banget dapat job desc baru. Banyak penyesuaian yang harus aku lakukan, belum lagi peak season sudah di depan mata. Nggak sempatlah aku mempersiapkan diri untuk tes IELTS atau TOEFL. Daripada memaksakan diri terus hasilnya nggak bagus dan aku kuciwa, yasudahlah aku nggak ikutan LPDP.
Ternyata di akhir November 2019 ada penawaran program beasiswa Pascasarjana Kementerian Keuangan (FETA Scholarship) tahun 2020. Saat itu, proyek yang jadi tanggung jawabku pun baru saja selesai. Jadi, aku putuskan untuk mendaftar beasiswa tersebut.
Cerita tentang perjalananku mengikuti seleksi beasiswa FETA aku lanjutkan di ocehan selanjutnya ya, manteman. Sampai jumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar