Sensei : Ja, ashita doko he ikimasu?
Aku : watashi ha
dokomo ikimaseng
Sensei : uchi he nani
wo shimasu?
Aku : hong wo yomimasu
Sensei : Sorekara?
Aku : Nemasu. Ahahahaha
Itu penggalan ujian speaking
kemarin. Ahahahaha. Kok ujian? Bahasa
apa itu? Artinya?
Ok, read carefully, I’ll explain it for you, dear readers. Wkwkwk
Waktu berjalan, banyak hal yang terjadi. Tsaaah… Di postingan
sebelumnya, di bulan Agustus itu, aku mengoceh tentang DTSD. Postingan
sebelumnya lagi, aku mengoceh tentang Prajab. Intinya beberapa bulan itu otakku
berfungsi maksimal untuk belajar. Awalnya, aku merasa lola sewaktu menerima materi. Setelah dijelaskan pengajar di kelas,
harus baca perlahan-lahan lagi materinya saat di kamar. Tapi lama kelamaan, alhamdulillah otakku bisa menyesuaikan,
daya tangkapnya lumayanlah. Mendengar penjalasan pengajar di kelas pun bisa
mengerti, kalaupun perlu baca materi ya, hanya saat jelang ujianlah. Hihihi..
Begitu diklat selesai
aku pun harus kembali ke kantor, bekerja, mengaplikasikan ilmu dari diklat.
Tapi, pada kenyataannya, hanya sebagian kecil materi saja yang bisa
diaplikasikan. Kerja otak pun tidak terlalu maksimal, karena setiap hari hanya
mengerjakan rutinitas yang sama. Nah, aku merasa kalau terus menerus seperti
ini, aku bisa lola lagi. Aku harus
mencari kegiatan yang bisa membuat otakku tetap bekerja maksimal. Mau belajar
mandiri tentang hal-hal serius misalnya ekonomi, akuntansi, hukum dll pun
rasa-rasanya kok agak mustahil ya. Akhirnya aku memilih alternatif untuk
mengambil les bahasa asing. Pertanyaan baru pun muncul. Mau bahasa apa? Jujur
saja, aku sudah bosan les bahasa Inggris. Bukan berarti aku sudah jago dan cas
cis cus bahasa Inggris. Pilihannya antara Jepang atau Jerman. Sebelumnya aku
pernah sedikit dua bahasa itu. Dengan mempertimbangkan media belajar yangvakan
lebih efektif untuk memudahkan penguasaannya, aku pun memilih Jepang. Dorama
(drama Jepang) lebih menarik ditonton, Jenderal! :D
Setelah tanya sana sini, aku memutuskan untuk mengambil les
Jepang di LBI UI Salemba. Dekat dan transportasinya mudah. Les Bahasa Jepang di
LBI UI sendiri dibagi menjadi beberapa level. Untuk penentuan tingkat bisa
dilakukan dengan placement test
terlebih dahulu. Berhubung aku belajar bahasa Jepang hanya sebentar sewaktu
kelas satu SMA (itu sudah 7 tahun yang
lalu. Oh, NO!), aku ambil aman saja, mulai lesnya dari level 1, tanpa placement test. Dengan placement
test juga akan ditempatkan di level 1 kok pasti. :pDan, mulai pertengahan
bulan September kemarin pun aku memiliki jadwal rutin di setiap Sabtu pagi
sampai siang. Kalau weekend ada yang
mau mengajak hang out, jalan, main dan sejenisnya ya sebisa
mungkin jadwalnya jadi Sabtu sore atau hari Minggu. Sekali bolos, kan bisa ketinggalan materi lumayan banyak juga
Satu level les di LBI
UI itu biasa sekitar 3 bulan. Di setiap level akan ada final test untuk menentukan
kelulusan dan kenaikan level. Baru kemarin, aku melewati final test. Ujiannya dibagi menjadi 3 bagian, jam pertama, writing test, isinya semacam stucture gitulah. Jam kedua, listening test dan speaking test. Bisa nggak? Uhmmm… ya begitulah. Writing agak yakin
sih, meskipun baru benar-benar belajar Jumat malam dan Sabtu pagi. Huahahaha.
Kalu listening, beberapa ada yang nembak sih. Ya mau bagaimana lagi, itu native ngomong jamnya cepat banget, nani
nani ji nani nani fung, nani nani ji kara nani nani ji made. “-__-. Next, speaking, belajar dari pengalaman sebelumnya saat mid test, aku berusaha santai saja, biar
nggak gugup dan fokus. Sensei penguji bertanya tentang kegiatan
keseharian, makan apa, baca koran nggak tiap pagi, jam kantor, ke kantor naik
apa, hari ini tanggal berapa (aeh, dan sekarang kan tanggal muda yang ada
istilah khususnya, untung semalam sudah dihafalkan. Ahahah), dll.
Ohiya, yang petikan percakapan di awal itu artinya adalah
sebagai berikut.
Sensei : Ya,besok mau pergi ke mana?
Aku : nggak ke
mana-mana (biar gampang ini. :D)
Sensei : di rumah mau
ngapain dong?
Aku : baca buku
Sensei : selanjutnya?
Aku : tidur. Ahahahaha
(ngaco!)
Sebenarnya,hari ini, teman sekosan (iya, sejak September aku
jadi anak kos lagi) berencana mengajak shopping
ke mall mana gitu. Ada diskon brand langganan dia, dan ini kan tanggal
muda. Perfect! Tapi sepertinya termakan
omongan pas ujian kemarin, hari ini justru kami tidak pergi kemana-mana. Cari
makan nggak termasuk hitungan pergi kan
ya? Kami seharian hanya di kosan, nonton K-drama. Kami sedang kena “racun” yang
judulnya “The Heirs”. Teman kosanku yang pertama kena “racun” ini. Karena aku
sedang ingin refreshing, belum mood
baca buku dan tidak ada stok film baru,
aku pun meng-copy nya. Dan, aku pun
keracunan juga. Huahahaa..The story is
complicated. When you’ve finished one episode, you’ll gonna curious about how story
on the next episode is. Nggak percaya? Coba deh nonton. Muahahaha
Ja, kyo ha watashi ha eigo
wo mimasu. Sorekara “blog” wo kakimasu. Sorekara nemasu. Owarimasu.
See you on the next posting, guys!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar