Sabtu, 30 Agustus 2014

Berkunjung ke Pasar Mester Jatinegara



Sebenarnya aku perginya hari Minggu seminggu yang lalu tanggal 24 Agustus 2014. Niat awalnya aku mau mencari bunga palsu untuk menghias meja di kantor. Biar ada penyegar matalah kalau sedang suntuk. Kenapa nggak beli bunga asli aja? Karena susah merawatnya uhm lebih takut nggak sempat sih sebenarnya. Kasihan juga kalau disimpan di dalam ruangan terus menerus. Jadi, bunga palsu adalah pilihan tepatlah.

Aku sebenarnya nggak tahu mau cari bunga palsu di mana. Mau ke Mal Kelapa Gading, pasti dapat yang mahal. Big No! Ini sudah tanggal tua. Mau cari ke Mangga Dua atau ke Asemka kok ya jauh banget. Sementara kan aku sedang puasa (judulnya bayar utang). Dan aku pun ingat kalau di Jatinegara ada pasar yang lumayan besar, Pasar Mester. 

Sebelumnya aku belum ke Pasar Mester sama sekali. Tanyalah ke ibu-ibu di ruangan yang pastinya sudah sering ke sana. Dapatlah ancer-ancer, kalau lokasinya dekat dengan stasiun Jatinegara. Tapi kalau dari kosku di daerah Rawamangun, lebih enak kalau lewat Matraman. Tinggal lurus terus. Karena ragu-ragu, akhirnya aku pakai aplikasi Waze. (Aselik, membantu banget ini aplikasi)

Naik motor 30 menitan dari kos, sampailah aku dan mbak-mbak yang jaga kos di Pasar Mester Jatinegara. Aku memilih parkir di depan pasar biar nanti pas pulang lebih gampang. Risikonya motor kepanasan. Sebenarnya di dalam juga ada parkir sih.

Jadi secara umum, pasar ini bisa dibagi menjadi pasar lama yang di luar dan pasar baru yang ada di dalam gedung (Jatinegara Trade Center). Karena di luar panasnya lumayan juga, aku memilih untuk berbelanja di pasar baru. Pedagang bunga palsu adanya di basement. Sepertinya hanya ada satu pedagang bunga palsu di situ. Harganya pun cukup mahal. Sangat diperlukan keahlian menawar, Saudara Saudari. Setelah perdebatan yang cukup alot *tsaaaah...., aku dapat 2 bunga lengkap dengan vasnya dengan harga Rp50k. Masih mahal memang, tapi beneran itu sudah melalui perjuangan yang alot.

Di basement mayoritas pedagang menjual souvenir nikahan. Iya, buat calon penganten di wilayah Jabodetak silakan mengunjungi basement Pasar Mester Jatinegara. Silakan dipilih deh mau souvenir apa, semuanya lengkap ada di sini. Kipas, gelas, bros, tas dan masih banyak lagi. Kalau buat aku sih jalan-jalan di sini membuat sakit hati. Sepanjang jalan ditawarin, "Mbak, silakan mbak souvenir nikahannya. Ada macem-macem, murah lho." Aselik, sakitnya di sini *nunjuk dada *lebay.

Trus ada apalagi di sana? Ada tirai/horden beraneka ragam, taplak, ada baju tradisional untuk anak-anak (ada fotonya itu di atas), seragam sekolah, sepatu, tas, pakaian dan masih banyak lagi. Silakan dicek sendiri bagi yang penasaran.

Akhirnya karena uang sudah habis, aku pun pulang. Aku nggak hanya beli bunga palsu saja kok. Aku juga membeli pakaian dalam, baju tidur, dan taplak. :D





Selasa, 19 Agustus 2014

Selamat Jalan Pak Tri Rahardi....

Juli 2005 adalah saat aku mendaftar di SMA 1 Pati. Saat itu ada program khusus dari pemerintah pusat yang berjudul SNBI. Iya, jaman tahun segitu baru dirintis tuh SNBI. Hanya ada beberapa sekolah di Jawa Tengah yang menjadi semacam percontohan. Di sekolah-sekolah tersebut hanya ada 1 kelas SNBI saja yang siswa pun lebih sedikit dibanding kelas reguler. Untuk SMA 1 Pati sendiri, kelas SNBI hanya dibuka untuk 24 siswa.

Teman-teman dari SMPku ada beberapa yang mencoba untuk ikut seleksi masuk menjadi siswa kelas SNBI ini. Seleksinya meliputi seleksi tulis dan seleksi wawancara. Aku yang senang ikut-ikutan teman, akhirnya mencoba ikut seleksi masuk SNBI tersebut.

Tesnya gimana tuh? Tes tulisnya semuanya pake bahasa Inggris, Saudara Saudari. Jadi itu ya istilah-istilah semacam percepatan, gaya, berkembang biak dll itu ya dalam bahasa Inggris. Sementara aku selama belajar di SMP kan pakai bahasa Indonesia. Yasudahlah, aku kerjakan sebisaku.

Dan setelah istirahat, lanjut ke tes wawancara. In English? Of course. Deg-degan? Pastinya. Dan giliranku pun tiba. Aku diwawancarai oleh seorang Bapak-bapak yang sudah lumayan tua. Tapi bahasa Inggrisnya jago. Gaya ngomongnya kayak native, nggak ada medoknya babarblas. Beliaulah Pak Tri Rahardi. Guru bahasa Inggris senior di SMA 1 Pati yang mengajar aku dan teman-teman SNBI selama 3 tahun. *Alhamdulillah, akhirnya aku masuk kelas SNBI juga.

Pak Tri, demikian biasanya beliau dipanggil, menjadi wali kelas SNBI saat kelas X. Kami bangga karenanya. Kenapa? Karena Pak Tri ini sangat mahir berbahasa Inggris. Jaman awal tahun 2000an *kalu nggak salah ya beliau pernah mengikuti pertukaran guru ke Australia. Mungkin kalau di Jakarta ini sudah pasti bukan hal istimewa. Tapi ini di Pati, Saudara-Saudari dan di tahun segitu pula, sebuah kebanggaan tersendiri bisa Australia untuk studi banding.

Terus beliau ngajarnya enak nggak? Enak banget dan santai. Cara mengajar beliau sangat berbeda dengan guru-guru bahasa Inggris yang lain. Beliau merupakan guru kami untuk reading and writing. Setiap hari kami selalu mendapatkan PR. Saat beliau mengajar, barulah dikumpulkan. Ya, kami selalu mendapatkan tugas untuk membuat diary setiap hari dalam bahasa Inggris. Nanti Pak Tri akan mengoreksi grammar dan diksi yang kami gunakan. Sederhana tapi sangat bermanfaat. Sampai saat ini kumpulan diary yang aku tulis masih aku simpan di rumah.

Selain itu, terkadang kami diajak ke lab bahasa untuk membaca koran bahasa Inggris tentunya. Iya, sekolah kami memang berlangganan The Jakarta Post. Setiap orang ditugaskan untuk memilih sebuah artikel. Lalu secara bergantian kami maju di depan beliau untuk mengartikan artikel tersebut.

Pernah dengar lagu yang Que Sera Sera? Itu adalah lagu favorit Pak Tri. Dan ada satu ungkapan dari Pak Tri tentang birokrasi Indonesia, kalau bisa dipermudah mengapa harus dipersulit? Ahahahaha.

Pagi kemarin, di grup Whatsapp kelas semasa SMAku ada berita Pak Tri Rahardi meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi ro'jiun.

Banyak alumni SMA 1 Pati yang merasa kehilangan dengan kepergian Pak Tri. Beliau merupakan salah satu guru senior dan favorit bagi kami. Ucapan bela sungkawa menjadi status di beberapa akun Facebook alumni.

Selamat jalan, Pak Tri. Semoga Pak Tri mendapatkan tempat terbaik di sisi Alloh, diterima amal baiknya dan diampuni dosa-dosanya. Aamiin.

Ps: Kenapa ocehan ini nggak dibuat dalam bahasa Inggris? Aku nggak siap, Sodara Sodari, grammar udah acak adut. Sekarang sudah nggak sePD dulu kalau nulis in English. Huhuhuhuhuuu