Dalam rangka mengisi liburan semester 3, aku dan teman-temanku
di geng belajar foto mengunjungi Bali. Sebenarnya kami berniat liburan di Bali
saat liburan semester 2 kemarin. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan.
Salah satu temanku mengalami kecelakaan motor dan kondisinya cukup parah,
tangan kirinya patah. Rencana liburan ke Bali pun diubah ke liburan semester 3.
Selain itu, ternyata teman kami yang di Bali mengadakan acara mepandes (kikir
gigi) pada tanggal 20 Januari.
Liburan ke Bali diawali dengan menyusun rencana yang ribet
dan penuh drama. Dari awal Januari aku sudah menanyakan mau berangkat kapan.
Ini dalam rangka meminta ijin ke Ibuk dan Bapak. Kalau mau minta ijin harus
jelas kapan berangkatnya dan pulangnya. Tapiii, teman-temanku yang cowok semua
ini (iya, aku cewek sendiri di grup) malas untuk menyusun rencana. Dooh! Long story short, diputuskan bahwa
mereka berangkat Rabu, 18 Januari, bawa mobil. Aku akan menyusul mereka Sabtu,
21 Januari, karena Jumatnya aku akan menghadiri akad nikah sahabatku.
Rabu siang aku menghubungi bocah-bocah yang akan berangkat
by Whatsapp call. Di sini drama
dimulai. Ternyata dari diskusi yang telah mereka lakukan disepakati bahwa sore
itu jam 18.30 mereka naik bis ke Jember. Dari Jember mereka akan naik mobil ke
Bali. Rencananya mereka akan pulang hari Minggu. Lhah? Kalau aku menyusul
mereka hari Sabtu, aku hanya sehari dong di Bali. Mahal di tiket dong. No way!
Akhirnya, aku mengubah rencana. Siang itu juga aku berangkat
ke Solo, agar bisa berangkat bersama mereka. Selanjutnya, aku akan pulang
duluan hari Sabtu. Aku tidak jadi hadir di acara akad sahabatku, tapi hadir di
acara resepsinya saja di hari Minggu, 22 Januari.
Untungnya Bapak dan Ibuk memberi ijin. Masalahnya adalah
saat itu sudah jam 12.40an. Perjalanan dari Pati ke Solo paling cepat itu
sekitar 4 s.d. 5 jam, via Purwodadi. Kalau via Semarang, perjalanan bisa lebih lama lagi, sekitar 6 jam. Aku pun segera packing. Pakaian, alat mandi, tempat minum, dompet, HP, dan kamera
langsung saja aku masukkan ke dalam tas. Sesegera mungkin aku berangkat dengan
diantar Masku ke Terminal Pati.
Alhamdulillah, aku bisa sampai Solo sesaat sebelum Magrib.
Dari terminal Pati, aku naik bis jurusan Purwodadi. Dari Purwodadi aku
melanjutkan perjalanan dengan naik bis jurusan Solo. Sesampainya di Solo, aku
lalu menuju agen bis Rosalia Indah untuk membeli tiket jurusan Jember. Tiket
Solo-Jember harganya Rp150.000,00 (ini include
makan malam dan air mineral 600 ml). Teman-temanku baru datang sekitar jam
18.30.
Kami sampai di Jember keesokan harinya. Setibanya di Jember,
kami menuju rumah teman untuk mandi dan menunggu mobil sewaan diantar. Iyap,
kami menyewa mobil dari Jember karena memang lebih murah jika dibandingkan
menyewa di Bali. Kemarin kami menyewa Avanza dengan harga Rp275.000 per hari.
Yuhuiii.. perjalanan ke Bali pun dimulai. Dari Jember kami
menuju pelabuhan Ketapang di Banyuwangi. Kami berangkat dari Jember sekitar jam
10.00, sampai di pelabuhan jam 13.30. Dengan menggunakan kapal fery, kami pun
menyebrangi Selat Bali. Ongkos menyebrang untuk mobil adalah Rp138.000. Di gerbang
masuk, ada petugas yang akan menanyakan identitas penumpang kendaraan.
Penyeberangan ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam (termasuk waktu labuh dan
sandar kapal).
Karena sudah lapar setibanya di Bali, kami langsung makan
siang. Menu pilihan kami adalah ayam betutu Meh Tempeh. Lokasi rumah makannya
tidak jauh dari Pelabuhan Gilimanuk (silakan dicari via Google Maps). Awalnya
kami berlima sok-sokan hanya pesan ½ ekor saja. Tapi setelah makan, ternyata
ayamnya enaaak… pedesnya kecee… Nambah ½ ekor lagi deh akhirnya. Ahaha. *Saking
lahapnya makan kami sampai lupa ambil gambar penampakan ayam betutunya.
Selesai makan siang, kami melanjutkan perjalanan menuju
Denpasar. Sesampainya di Denpasar kami langsung sholat, dilanjutkan makan
malam, dan langsung menuju ke penginapan. Kami tidak melanjutkan jalan-jalan
karena sudah lelah. Selama perjalanan tadi kami tidak ada yang tidur sama
sekali.
Keesokan harinya, acara jalan-jalan dimulai. Awalnya kami
berencana untuk mencari sunrise di Sanur. Tapi pagi itu hujan turun.
Bocah-bocah pun jadi malas-malasan untuk bangun pagi. Setelah sholat subuh,
mereka tidur lagi. Kami baru berangkat
dari penginapan sekitar jam 8 pagi.
Setelah sarapan, kami menuju ke Pantai Padang-Padang. Di
loket masuk tertulis harga tiket adalah Rp10.000 per orang. Ternyata itu untuk
wisatawan asing, sementara untuk wisatawan lokal kami hanya dikenai biaya
Rp5.000 orang. Lokasi pantai ada di bawah, untuk menuju ke sana ada beberapa
anak tangga yang harus dilewati. Saat masuk sih enak saja karena arahnya
menurun. Tapi, saat keluar, deuuh.. penuh perjuangan. Sudah lama aku tidak
berolahraga. Sesampainya di mobil kakiku rasanya goyang. Wkwkwk.
Kami tidak lama di Pantai Padang-Padang karena hujan kembali
turun. Selanjutnya kami menuju ke Pantai Dream Land. Lokasinya ada di dalam
kawasan perumahan. Kata temanku, untuk menuju ke pantai ini kita harus naik bis
khusus yang disediakan. Tapi, saat kami sampai di sana, tidak ada bisnya.
Mungkin karena saat itu hujan. Karena saat itu hari Jumat dan sudah siang,
bocah-bocah harus sholat Jumat, kami pun menuju ke masjid. Selama bocah-bocah
sholat, aku nongkrong di mobil aja, baca novel.
Perjalanan dilanjutkan ke Ulun Danu, Batur. Lokasinya berada
di pegunungan dan lumayan jauh dari Denpasar. Perjalanan sekitar 1 s.d. 2 jam.
Sebenarnya saat kami sampai di lokasi agak-agak gerimis gitu. Tapi kami tetap
masuk, kan sudah jauh-jauh sampai sana. Di loket masuk tertulis tiket masuknya
Rp25.000 per orang. Tapi saat aku membayar Rp100.000, petugasnya memberi
kembalian Rp20.000. Alhamdulillah rejeki anak solehah. :D
Oiya, untuk yang penasaran di Ulun Danu ada apa sampai kami
bela-belain jauh-jauh ke sana, coba ambil uang Rp50.000, lalu liat bagian
belakangnya. Nah, di Ulun Danu itulah lokasi pura yang ada di bagian belakang
uang itu. Ini lho gambarnya.
Hari sudah sore, kami melanjutkan perjalanan ke Air Terjun
Gitgit. Bocah-bocah itu mau mandi sore. Lagi-lagi lokasi air terjun ini ada di
bawah. Ucapkan halo lagi pada tangga. Deuh! Tiket masuknya Rp10.000 per orang. Oiya,
aku nggak ikut mandi-mandi, males ribet ganti baju. Wkwkwk.
Setelah itu, kami langsung balik ke penginapan? O, tidak
dong. Kami melanjutkan perjalanan ke rumah teman kami. Si teman ini mengadakan
acara mapandes (kikir gigi). Upacara ini dilaksanakan sebagai pertanda bahwa
seseorang telah beranjak dewasa. Sayangnya kami tidak bisa menyaksikan upacara
tersebut, karena kami sampai sana terlalu malam. Ehehehe. Kami hanya mengobrol
dengan si tuan rumah dan numpang makan malam. Ahahaha. Sekitar jam 10 malam, kami
kembali ke penginapan.
Keesokan harinya, hari Sabtu, sekali lagi kami berencana
untuk mencari sunset. Tapi lagi-lagi hanya wacana karena bocah-bocah malas
bangun pagi. Alasan klasik. Beuuh! Hari itu aku hanya ikut jalan-jalan setengah
hari saja. Aku akan pulang dengan pesawat pukul 3 sore.
Setelah keluar dari penginapan, kami menuju ke rumah teman
kami karena dia akan ikut kami jalan-jalan. Rencananya setelah menjemput si
teman, kami mau makan ikan bakar. Tapi ternyata kami “dipaksa” sarapan di rumah
si teman ini. Kan nggak enak ya kami menolak rejeki. Wkwkwk. Setelah sarapan
kami menuju ke pasar Kumbasari. Ibuk nitip dibeliin seprei Bali .*Beliau jatuh
hati dengan seprei Bali yang bahannya adem, nyaman untuk tidur :D.
Selesai aku berbelanja (iya, yang belanja aku saja, 5 bocah
yang lain keliling-keliling sendiri tapi ujung-ujungnya nggak belanja), kami
makan siang. Kami makan di Denpasar biar nanti nggak perlu buru-buru sewaktu
mengantar aku ke bandara. Kondisi jalan di sekitar bandara sering macet apalagi
saat itu weekend. Daaan… aku lupa nama tempat makannya apa. Ahaha. Tapi
porsinya gedhe gilaaak. Makananku habis dengan bantuan dari bocah-bocah..
Ahahaha. Setelah itu, kami cus ke bandara lewat tol Bali Mandara. Fyi, pemandangannya
kece lho sepanjang jalan tol ini.
Nah, itulah laporan jalan-jalanku ke Bali. Meskipun hanya
sebentar, tapi seneng juga rasanya. Kalau banyak rencana yang tidak terlaksana,
aku sudah maklum karena memang kebiasaan kalu jalan dengan bocah-bocah itu akan terjadi perubahan rencana. Yang
penting dinikmati saja jalan-jalan bareng mereka. Ahahaha...
PS:
Bagi umat muslim, di depan Ulun Danu, ada masjid yang
lumayan besar. Dari pelataran masjid, kita bisa melihat pemandangan Danau Batur
dari atas. Karena lokasi masjid berada di atas, lagi-lagi ada tangganya. :D