Hiiiiiii!
Rasanya hari ini malas sekali untuk pergi ke kantor. Hujan yang dari semalam turun baru saja berhenti saat ini. Orang-orang di bagianku pun banyak yang mengajukan cuti. Kemarin dan hari ini, aku harus jadi penjaga ruangan. Dari 4 meja yang ada di ruangan, hanya mejaku saja yang berpenghuni. Hanya ada aku di sini. Tapi tetap saja 4 komputer di 4 meja ini harus dihidupkan setiap hari. Komputer pribadi, komputer unutk mencatat semua surat keluar yang sudah ditandatangai atas, komputer untuk menyusun surat internal, dan komputer yang ada printernya. Bagaimana cara kerjaku? Sebisanya. Wkwkwk
Terus kenapa aku juga tidak mengajukan cuti sekalian? Aku sudah mengambil jatah cutiku minggu kemarin. Dari 7 hari jatah cuti, aku mengambil 3 hari saja. Karena ada libur Natal dan cuti bersama, jadinya dapat 9 hari liburlah. Lumayan. Uyey, bisa cuti juga akhirnya, setelah menyandang status CPNS lebih dari satu tahun. :D
Aku pulang ke kampung halaman, Pati, hari Sabtu sore. Sebenarnya bisa saja Jumat malam pulang kantor langsung cus pulkamp. Tapi, hari Sabtu si Nenek transit di Jakarta lumayan lama sebelum lanjut ke Klaten. Lumayanlah kami bisa ketemuan dulu. Selain itu, ada beberapa titipan yang harus dibeli sebelum pulang. Jalan dari kosan jam 2 siang, sampai kosan lagi jam setengah 5 sore. Padahal busnya jalan jam 6 sore. Belum lagi harus nitip motor dulu ke teman.Akhirnya ditelpon deh oleh agen busnya, dikasih tahu bus sebentar lagi berangkat. Ahahaha. Alhamdulillah busnya masih nungu. *Terima kasih kepada bapak agen dan sopir bus.
Aku sampai rumah sekitar jam 7 pagi. Sedikit terlambat dari jadwalnya jam 5 pagi. Selanjutnya, di hari Minggu dan Senin, aku memaksimalkan waktu dengan gegogelaran sambil berusaha mengejar target baca di Goodreads untuk tahun ini. Target untuk tahun 2013 ini memang lebih sedikit dibanding tahun 2012 kemarin. Tapi, di awal sampai tengah tahun ini waktu baca terkonsentrasikan untuk baca modul *diklat yang silih berganti. Jadi di bulan ber-ber *maksudnya September sampai Desember aku baru bisa kejar setoran.
Senin siang, tiba-tiba si Mbak yang di Semarang menelpon, tanya, kapan rencana aku main ke sana. Sebenarnya aku nggak ada rencana main. Tapi sudah lama juga aku nggak main ke Semarang. Yasudahlah, hari Selasa siang aku berangkat ke Semarang, naik bus ekonomi jurusan Surabaya-Semarang. Seslama di Semarang, aku hanya di rumah si Mbak aja, goler-goler baca buku, ngusilij ponakan, ngobrol. Malas jalan karena hujan dan si Mbak pun kurang enak badan.
Rabu siang, aku sudah ada janji dengan Mbak Zahara. Yuhuiiii, kami berencana liburan ke Jogjakarta. Rencananya dari kapan tahu sih ini. Random bangetlah sebenarnya. Waktu itu, aku sedang bosan, ingin liburan. Terlintas di pikiran, partner liburan yang paling tepat ya si Jeung satu ini. Sudah lama nggak ketemu dan main bareng. Tahun depan belum tentu kami bisa liburan berdua, dengan statusnya yang sudah berubah. *Uhuk.
Kami berangkat ke Jogja dari terminal Terboyo sekitar jam 1 siang, naik bus Patas. Sampai di Jogja sekitar jam 5 sore. Setelah aku selesai sholat, kami pun menuju ke hotel dengan Trans Jogja. Ohiya, kami menginap di hotel yang ada di depan JEC, daerah Janti. Sesampainya di hotel, kami mandi lalu makan malam. Ketika baru sampai, kami lihat di sebelah hotel ada 2 warung Soto dan di sebelah JEC pun ada beberapa food court. Rencana awal, kami akan makan di salah satu tempat itu. Tapi, begitu kami keluar dari hotel, warung soto sebelah sudah tutup. Sementara, di food court tidak menu makanan yang menarik. Kami kembali ke hotel, minta tolong si mas resepsionis untuk pesan taksi. Sepuluh menit kemudian, taksi datang. Si Jeung Zahara tetiba pingin makan bakmi Jawa. Bulan Mei, kemarin aku juga ke Jogja dengan orang kantor lama dan kami sempat makan bakmi Jawa. Tapi aku lupa, ehm lebih tepatnya nggak tahu itu di daerah mana. Kami pun bertanya ke Bapak Sopir Taksi, di mana kami bisa makan bakmi Jawa. Kata si Bapak, ke daerah Bintaran saja, ada Bakmi Kadin. Pertanyaan standar selanjutnya, jauh nggak, pak? Kata si Bapak, jauh. Haih! Kami sudah di taksi, buta tentang Jogja, jadinya ngikut aja deh. Dan, tahukah Anda Sodara sekalian, ternyata Janti ke Bintaran itu dekat, 15 menitlah naik taksi.
Tapi perjuangan makan malam ini belum selesai. Ternyata warung Bakmi Kadin ini memang terkenal. Di musim liburan ini, warung itu puenuuh. Meskipun ada beberapa tungku untuk memasak, kami tetap harus menunggu sekitar 1 -1,5 jam. Ok sajalah, kami kan sudah terdampar se"jauh" ini, mau bagaimana lagi. Sambil pasrah menunggu, kami ngobrol, minuman datang, ngobrol, minum, foto-foto, minum, ngemil krupuk, ngobrol lagi, bengong, minuman tinggal setengah. Dan, akhirnya mie nyemek (mie godog dengan kuah yang tidak terlalu banyak) pesanan kami pun datang. Enak nggak? Biasa saja kalau menurutku. Aku malah tergoda dengan mie goreng meja sebelah yang sepertinya lebih mengundang selera.*Ini pendapat pribadi ya. Si Jeung Zahara kan punya maag, karena telat makan, selera makannya pun menghilang karena asam lambungnya naik Dia hanya makan bakminya setengah saja. Selesai makan, kami pun pulang ke hotel.
Ok, selanjutnya hari Kamis. Aku dan Zahara memutuskan untuk ke Keraton. Naik trans Jogja dari depan JEC kode 1b turun di Taman Pintar. Setelah itu kami memilih untuk jalan kaki ke Keraton. Lumayan untuk olahraga. Sebagai pecinta wisata budaya, aku merasa sangat senang sekali bisa berkunjung ke sini. Kami makan siang di Bale Raos yang ada di lingkungan Keraton juga. Sebenarnya aku belum puas sih keliling-keliling, tapi masih ada agenda selanjutnya, belanja di Beringharjo Ahaha. Oiya, kemarin aku sholat Dhuhur di Masjid Gedhe Kauman. Arsitekturnya unik, sangat kental dengan budaya Jawa. Dari kejauhan seperti rumah Joglo yang sangat besar.
Dari masjid, kami menuju ke Malioboro. Mau belanja dong. Kebanyakan sih untuk oleh-oleh buat Mami, mbak-mbak, dan ponakan-ponakan. Untuk Bapak dan mas-mas, aku nggak beli apa-apa, bingung juga mau dibeliin apa. Hihihi. Kami ke Malioboro naik becak. Penuh perjuangan tawar menawar untuk mendapatklan harga yang logis. Kebanyakan tukang becak dan tukang andong memasang tarif yang terlampau tinggi. Begitu dapat becak dengan harga yang ok, kami dipaksa-paksa mampir ke toko bakpia. Si bapak tukang becak harus ditolak beberapa kali baru akhirnya menyerah.
Dari Malioboro kami ke daerah Jogokaryan, naik becak juga, karena susah oi cari taksi di Malioboro apalagi dengan bawaan segambreng. Lagi-lagi, kami harus berjuang untuk menawar harga. Mbak Zahara mau pesan barang di sini . Setelah urusan pesan memesan selesai, kami pun makan malam di Gudeg Sagan. Tempatnya bukan seperti tempat makan gudeg, di halaman rumah yang sebenarnya warung. Tempatnya enak banget untuk ngobrol. Selanjutnya, kami nggak tahu mau ke mana, jalan-jalan aja deh muter-muter Jogja.
Ternyata teman-teman kuliah kami sesama anak Pati juga pulang kampung. Hari Sabtu kami berencana untuk main bareng. Karena tahu aku dan Zahara sedang di Jogja, bocah-bocah ini minta oleh-oleh. Elaaah, kenapa nggak dari kemarin ngomong. Karena kami sayang teman, Jumat pagi sebelum check out, kami rela jalan ke Malioboro lagi untuk beli bakpia. Setelah itu, kami kembali ke hotel, check out, lalu ke terminal Jombor naik Trans Jogja. Rute Trans Jogja ini menurutku agak rumit, muter-muter. Mungkin tujuannya agar para wisatawan bisa keliling Jogja saat naik kendaraan umum ini. Tapi, kalau untuk orang-orang yang sedang dikejar waktu, butuh cepat sampai tujuan, sebaiknya jangan memilih moda transportasi ini.
Dari terminal Jombor ke Semarang, kami naik bus Patas lagi. Sesampainya di terminal Terboyo, sholat, lalu lanjut naik bus Semarang-Surabaya. Aku sampai di rumah sekitar pukul setengah 8 malam. Sementara, jeung Zahara yang rumah di Lasem, baru sampai sekitar jam setengah 9.
Sabtu. Saatnya, kumpul dengan teman-teman kuliah. Mumpung mereka pulang dari berbagai daerah penempatan (Palu, Pangkalan Bun, Bandar Lampung, Jakarta). Kami hanya berkumpul di SMA kami, ngobrol, foto-foto nggak jelas, main basket, main PS. Setelah sore, kami makan makan khas Pati, Nasi Gandhul. Belum pernah nyicip? Enak! :D
Hari terakhir di rumah, Minggu, Mami sudah heboh sejak pagi. Aku harus makan pagi, mandi, lalu segera ke Balai Desa. Ceritanya kemarin ada pemilihan kepala desa. Setelah itu, siap-siap ke kondangan temanny Bapak. Berhubung Bapak jadi panitia pemilihan kepala desa, Mami minta aku untuk menemani, menggantikan Bapak. Pulang kondangan, sholat, packing. Dan tiba-tiba saja, sudah sore, aku harus berangkat kembali lagi ke realita Jakarta. Rasanya, cutinya masih kuraaaang. Huhuhuhu
Ok, then, that's all. See youuu..
PS: Pesan moral:
1. Kalau mau liburan untuk refreshing, sebaiknya jangan pilih waktu musim liburan. Semua lokasi wisata, jadi penuh orang. Jalanan juga macet.
2. Kalau musim liburan, sepertinya lebih enak gegoleran saja di rumah, baca buku, bantu-bantu Mami masak, ngobrol dan memanfaatkan waktu dengan keluarga.
3. Kalau ke Jogja, sebaiknya bawa kendaraan sendiri. Bawa di sini bisa berarti benar-benar bawa milik sendiri, pinjam punya teman/kenalan di Jogja atau menyewa. Karena, public transportation kuran bisa diandalkan. Trans Jogja jalurnya muter-muter, sepertinya hanya petugasnya saja yang paham. Bus jarang keliatan. Kalau taksi, aku tidak mengenali merk taksi yang bisa aku percaya dan agak susah juga menemukannya. Angkot juga sepertinya tidak ada. Untuk becak dan andong, harus "perang" tawar-menawar untuk mendapatkan harga yang masuk akal. *Nggak mungkin kan naik becak Rp50.000?
4. Kalau mau liburan, sebaiknya persiapkan dengan matang. Kalau ada teman di kota tujuan wisata, coba dihubungi dulu. Siapa tahu si teman bisa menjadi tour guide kita. Kalau menurutku sih, liburan terasa lebih nyaman dengan didampingi teman daripada tour guide.
5. Kalau liburan, sepertinya kita tidak usah memakai pakaian yang menunjukkan kita ini wisatawan. inti membaur dengan masyarakat sekitar sih. Kalau bisa, gunakan bahasa daerah setempat. Biasanya cukup berhasil dalam jual beli dan tawar menawar.
6. Uhm.. jangan lupakan oleh-oleh untuk teman dan keluarga, tapi jangan sampai ini juga merepotkan dan mengganggu liburan kita.
Cukup deh ya, sudah kepanjangan. Daaaah...:D
Selasa, 31 Desember 2013
Minggu, 08 Desember 2013
Dokomo ikimaseng ...
Sensei : Ja, ashita doko he ikimasu?
Aku : watashi ha
dokomo ikimaseng
Sensei : uchi he nani
wo shimasu?
Aku : hong wo yomimasu
Sensei : Sorekara?
Aku : Nemasu. Ahahahaha
Itu penggalan ujian speaking
kemarin. Ahahahaha. Kok ujian? Bahasa
apa itu? Artinya?
Ok, read carefully, I’ll explain it for you, dear readers. Wkwkwk
Waktu berjalan, banyak hal yang terjadi. Tsaaah… Di postingan
sebelumnya, di bulan Agustus itu, aku mengoceh tentang DTSD. Postingan
sebelumnya lagi, aku mengoceh tentang Prajab. Intinya beberapa bulan itu otakku
berfungsi maksimal untuk belajar. Awalnya, aku merasa lola sewaktu menerima materi. Setelah dijelaskan pengajar di kelas,
harus baca perlahan-lahan lagi materinya saat di kamar. Tapi lama kelamaan, alhamdulillah otakku bisa menyesuaikan,
daya tangkapnya lumayanlah. Mendengar penjalasan pengajar di kelas pun bisa
mengerti, kalaupun perlu baca materi ya, hanya saat jelang ujianlah. Hihihi..
Begitu diklat selesai
aku pun harus kembali ke kantor, bekerja, mengaplikasikan ilmu dari diklat.
Tapi, pada kenyataannya, hanya sebagian kecil materi saja yang bisa
diaplikasikan. Kerja otak pun tidak terlalu maksimal, karena setiap hari hanya
mengerjakan rutinitas yang sama. Nah, aku merasa kalau terus menerus seperti
ini, aku bisa lola lagi. Aku harus
mencari kegiatan yang bisa membuat otakku tetap bekerja maksimal. Mau belajar
mandiri tentang hal-hal serius misalnya ekonomi, akuntansi, hukum dll pun
rasa-rasanya kok agak mustahil ya. Akhirnya aku memilih alternatif untuk
mengambil les bahasa asing. Pertanyaan baru pun muncul. Mau bahasa apa? Jujur
saja, aku sudah bosan les bahasa Inggris. Bukan berarti aku sudah jago dan cas
cis cus bahasa Inggris. Pilihannya antara Jepang atau Jerman. Sebelumnya aku
pernah sedikit dua bahasa itu. Dengan mempertimbangkan media belajar yangvakan
lebih efektif untuk memudahkan penguasaannya, aku pun memilih Jepang. Dorama
(drama Jepang) lebih menarik ditonton, Jenderal! :D
Setelah tanya sana sini, aku memutuskan untuk mengambil les
Jepang di LBI UI Salemba. Dekat dan transportasinya mudah. Les Bahasa Jepang di
LBI UI sendiri dibagi menjadi beberapa level. Untuk penentuan tingkat bisa
dilakukan dengan placement test
terlebih dahulu. Berhubung aku belajar bahasa Jepang hanya sebentar sewaktu
kelas satu SMA (itu sudah 7 tahun yang
lalu. Oh, NO!), aku ambil aman saja, mulai lesnya dari level 1, tanpa placement test. Dengan placement
test juga akan ditempatkan di level 1 kok pasti. :pDan, mulai pertengahan
bulan September kemarin pun aku memiliki jadwal rutin di setiap Sabtu pagi
sampai siang. Kalau weekend ada yang
mau mengajak hang out, jalan, main dan sejenisnya ya sebisa
mungkin jadwalnya jadi Sabtu sore atau hari Minggu. Sekali bolos, kan bisa ketinggalan materi lumayan banyak juga
Satu level les di LBI
UI itu biasa sekitar 3 bulan. Di setiap level akan ada final test untuk menentukan
kelulusan dan kenaikan level. Baru kemarin, aku melewati final test. Ujiannya dibagi menjadi 3 bagian, jam pertama, writing test, isinya semacam stucture gitulah. Jam kedua, listening test dan speaking test. Bisa nggak? Uhmmm… ya begitulah. Writing agak yakin
sih, meskipun baru benar-benar belajar Jumat malam dan Sabtu pagi. Huahahaha.
Kalu listening, beberapa ada yang nembak sih. Ya mau bagaimana lagi, itu native ngomong jamnya cepat banget, nani
nani ji nani nani fung, nani nani ji kara nani nani ji made. “-__-. Next, speaking, belajar dari pengalaman sebelumnya saat mid test, aku berusaha santai saja, biar
nggak gugup dan fokus. Sensei penguji bertanya tentang kegiatan
keseharian, makan apa, baca koran nggak tiap pagi, jam kantor, ke kantor naik
apa, hari ini tanggal berapa (aeh, dan sekarang kan tanggal muda yang ada
istilah khususnya, untung semalam sudah dihafalkan. Ahahah), dll.
Ohiya, yang petikan percakapan di awal itu artinya adalah
sebagai berikut.
Sensei : Ya,besok mau pergi ke mana?
Aku : nggak ke
mana-mana (biar gampang ini. :D)
Sensei : di rumah mau
ngapain dong?
Aku : baca buku
Sensei : selanjutnya?
Aku : tidur. Ahahahaha
(ngaco!)
Sebenarnya,hari ini, teman sekosan (iya, sejak September aku
jadi anak kos lagi) berencana mengajak shopping
ke mall mana gitu. Ada diskon brand langganan dia, dan ini kan tanggal
muda. Perfect! Tapi sepertinya termakan
omongan pas ujian kemarin, hari ini justru kami tidak pergi kemana-mana. Cari
makan nggak termasuk hitungan pergi kan
ya? Kami seharian hanya di kosan, nonton K-drama. Kami sedang kena “racun” yang
judulnya “The Heirs”. Teman kosanku yang pertama kena “racun” ini. Karena aku
sedang ingin refreshing, belum mood
baca buku dan tidak ada stok film baru,
aku pun meng-copy nya. Dan, aku pun
keracunan juga. Huahahaa..The story is
complicated. When you’ve finished one episode, you’ll gonna curious about how story
on the next episode is. Nggak percaya? Coba deh nonton. Muahahaha
Ja, kyo ha watashi ha eigo
wo mimasu. Sorekara “blog” wo kakimasu. Sorekara nemasu. Owarimasu.
See you on the next posting, guys!
Langganan:
Postingan (Atom)