Kamis, 10 Januari 2013

Pengalaman donor pertama

Alohaaaii..
Jadi 9 hari yang lalu ya, aku terakhir kali mengoceh di laman ini. Selama 9 hari itu sebenarnya banyak yang bisa diocehkan. Tapi, ya karena lagi-lagi sedang (sok) sibuk, jadinya tidak ada satu pun ocehan yang ditampilkan di sini. Aku lebih sering mengoceh di sosial media sebelah yang hanya berisi kicauan 140 karakter di setiap post. Yah, let's left the past behind. Wehee.

Hari ini aku punya pengalaman yang ingin aku ocehkan. Jadi, hari Senin siang, aku ikut acara donor darah. Mungkin ini hal biasa saja bagi sebagian orang. Tapi untukku pribadi ini sangat mengesankan karena merupakan pengalaman pertamaku mendonorkan darah.

Sebenarnya sejak masih kuliah di STAN, beberapa kali KSR (semacam PMR) mengadakan acara donor darah. Teman-teman di KSR sering mengajak mahasiswa yang sedang berada di tempat digelarnya donor untuk berpartisipasi. Beberapa kali aku pun pernah diajak. Tapi aku selalu menolak. Alasannya agak memalukan sih. Aku agak khawatir (bisa disebut takut sih "¬_¬) untuk bersentuhan dengan jarum suntik. Aku punya dua pengalaman yang kurang menyenangkan dengan pengambilan darah dan jarum suntik.

Yang pertama, saat kelas 3 SMA, aku pernah sakit demam berdarah. Hampir tiap hari ada tes darah untuk mengukur jumlah sel darah merah. Terbayangkan kan seberapa sering aku harus disuntik. Yang parah adalah saat itu beberapa kali suster tidak bisa menemukan pembuluh darah di lenganku. Jadi beberapa kali jarum suntik itu ditusukkan ke lenganku, lalu diputar-putar demi mencari pembuluh darah. Hii. Ditusuk lagi lalu diputar-putar lagi. Karena belum ketemu, penyutikan dialihkan ke pergelangan tangan. Belum ketemu lagi, akhirnya ketemu pembuluh darah yang di punggung telapak tangan. Bisa dibayangkanlah, bagaimana sakitnya "ditusuk-tusuk" seperti itu. Kejadian itu terulang lagi, saat aku mengikuti tahap tes kesehatan di salah satu perguruan tinggi kedinasan. Cukup alasan kan kalau aku agak trauma dengan jarum suntik?

Tapi, tahun kemarin tiba-tiba aku ingin mencoba untuk donor. Di komplek kantorku rutin diadakan acara donor darah. Suatu kali, ada teman yang mengajakku untuk ikut donor. Anehnya, aku merasa tertarik. Tumben. Tapi, waktu itu, aku sedang tidak enak badan. Jadi, niat donor diurungkan. Di acara donor yang lain, aku sedang berhalangan dan kebetulan sedang (sok) sibuk, banyak kerjaan. Tahun lalu, donor darah belum terealisasi, baru sekedar niat di hati.

Hari Senin, di kantor baruku (aku pindah kantor lhooo), ada pengumuman bahwa sedang berlangsung acara donor darah. Aku ragu, mau ikut atau tidak. Masih terbayang sakitnya disuntik berkali-kali. Tapi aku ingin menyumbangkan darah untuk orang yang membutuhkan. Ada teman yang bercerita bahwa dia sangat ingin bisa donor rutin, tapi terkendala dengan berat badan yang kurang. Syarat berat badan minimal untuk ikut donor itu 45 kg. Selain itu, sewaktu iseng buka jejaring sosial, ada teman yang ingin ikut donor tapi tidak bisa karena hb nya di bawah persyarat. Aku jadi merasa malu. Orang lain yang belum bisa donor aja ingin donor. Mengapa aku yang sangat mungkin untuk ikut justru maju.mundur untuk donor hanya karena trauma sepele? Akhirnya aku pun memutuskan untuk mencoba ikut donor.

Dengan seorang teman aku menuju ke lokasi donor darah diadakan. Awalnya kami diminta mengisi formulir tentang biodata dan riwayat kesehatan. Selanjutnya kami menuju beberapa meja panitia untuk uji kelayakan sebagai donor. Temanku sayangnya tidak lolos karena berat badannya kurang. Kalau aku? Bukan rahasia umum kan kalau aku pasti lolos dari kriteria berat badan minimal. Wkwk. Selanjutnya, cek hb dan golongan darah. Alhamdulillah, hbku 14,8, jauh dari batas minimalnya, 12,5. Lalu lanjut ke kriteria tekanan darah. Aku juga lolos dari kriteria ini, karena tekanan darahku normal, 110/80.

Selanjutnya aku ke tempat donor. Aku diminta untuk berbaring di tempat tidur sementara yang telah disiapkan. Nah, sekarang dag dig dug deh teringat lagi dengan jarum suntik. Kata mbak petugas dari pmr, jangan khawatir, sakitnya hanya sedikit. Oklah, pembuluh darah dicari, lengan diolesi dengan alkohol, tahan nafas dan jleb, jarum suntik berhasil tertancap dengan sukses di pembuluh darah. Selama sekitar 15 menit darahku dialirkan ke sebuah kantong penampung. Rasanya tidak sesakit yang aku bayangkan. Dan akhirnya terkumpullah sekantong penuh darahku. Tapi ini tidak bisa langsung disumbangkan. Ada tes labolatorium dulu untuk sampel darahku. Semoga darahku bebas dari segala macam virus berbahaya dan bisa disumbangkan kepada yang membutuhkan. Aamiin.



 Ini suasana di tempat donor darah. Terlihat para petugas sedang membereskan ruangan. Iya, aku donor di saat-saat terakhir sebelum acara ini selesai.






Sekotak susu coklat, pop mie, dan kartu donor. "Oleh-oleh" dari donor darahku yang pertama










Setelah donor selesai, rasanya lemas dan agak pusing. Bekas suntikan pun agak nyeri. Tapi itu semua tidak sebanding dengan rasa puas dan senang karena aku telah berbagi kepada sesama. :) Aku berharap selanjutnya aku dapat mendonorkan darahku dengan rutin. Jadi untuk kalian yang belum pernah donor, ayo segera donor. Saat kita bisa dan mampu, mari berbagi dengan sesama. Ini semua atas dasar kemanusiaan, kawans. :)





posted from Bloggeroid

3 komentar:

Ny. Auliya mengatakan...

Eh kartu Donor kita warnanya sama :D

Hidup Golongan darah O :)

Maman Firmansyah mengatakan...

Kantor baru ternyata baik-baik saja kan?

Enjoy...

Anonim mengatakan...

Yahara: *Tosh :D

Pak Maman: I hope so, sir.
Saya sedang berusaha menuju tahap "baik-baik saja" dan "enjoy", pak.
Ayok, pak, nyusul saya ke sini. :)